Minggu, 11 Maret 2012

puisi azizah


Biografi hati
                                                                                    Oleh : Azizah Nur Fitriana

“hati wanita selalu menyimpan kabut yang menyembunyikan catatan kusam kelelahan kami”

Begitulah , kamupun menyingkap kecemasan yang telah lama kamu bungkus
Dalam malammalam yang semakin melonggok

Dan setiap kali langit memecat

Kamu berdiri di beranda rumah memusnahkan kerinduankerinduan
Yang sama sekali belum kamu pahami

“dan hatiku, coba lihat hatiku. Apakah ada jejak kabut
Apakah ada catatan suram kelelahan kalian. Bahkan hatiku sendiri
Telah hambar dari kekalahan meupun kemenangan”

Kamu pun akhirnya lelah, dan membenahi kembali
Kecemasankecemasan itu. Menyimpan lagi dalam peti
Yang terletak di belantara dadamu

Tapi hatimu masih mendirikan jembatan ke arah hatiku
Tapi hatimu bak setangkup pertanyaan yang membeban hatiku

“baiklah kalau begitu, biarkan hatikku dan hatimu membaur
Kemudian bersama-sama mengulas apa saja
Yang memang perlu di ulas. Hatiku-hatimu biar hanyut
Dalam genggaman cerita yang gersang”

Sketsa KONTAN
27 November 2011

Kematian bernada indah
                                                                                                Oleh : Azizah Nur Fitriana

Jika gerimis memanggil, aku kan bergegas
Ke arah pijar-pijar, duduk bersila
Dan mulai menyingkap helaian kertas
Gerimis yang saat ini ku mengerti
Selaksa kematian bernada indah mengejekku
Dimana aku yang masih duduk terlamun
Kembali mengkhayalkan apa yang belum
Kutulis untuk syair puisiku

Sketsa KONTAN, 27 November 2011

Taubat sang durjana
                                                                                                Oleh : Azizah nur fitriana

Telah kudustai hatiku
Telah kuzalimi jiwaku
Telah kugadaikan diriku pada dosa dan maksiat kepada Mu

ya allah , besar sudah bencanaku
berlebihan sudah keburukan, keadaanku
rendah sangat amalanku
berat sungguh belenggu;angan-angan panjang
telah menahan manfaat dariku

dunia dengan tipuannya telah memperdayaku
dan diriku ( telah terpedaya ) karena ulahnya
dank arena kealpaanku

kasihi daku ya allah,
ampunilah dosa dan kesalahanku
beri kesempatan untukku bertobat
menghapus segala khilaf dan dosaku

ya robb…
sungguh hina diriku di hadapan Mu
malu aku dengan diriku sendiri
masih kah ada setitik ampunan
boleh lah aku mencicipi surga;

asshadu’alla illa ha ilallah…
waashadu ‘anna muhammdarrasulullah…

sketsa kontan
12 oktober 2011

Penulis adalah mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Indonesia Unimed dan sedang bergiat di Komunitas Tanpa Nama (KONTAN)

2 komentar:

  1. saya sangat kurang pandai sekaLi memaknai puisi :D

    request donk makna puisi "Torsa Ni Namora Pande Bosi" karya Raudah Jambak

    BalasHapus