Sabtu, 24 Maret 2012

lelaki itu


Lelaki itu.

Oleh : Azizah Nur Fitriana*

yang ku khawatirkan kini jadi kenyataan, hanya kata-kata itu yang sering kuucapkan dalam hati. Aku masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan ini. Usiaku yang masih amat dini . aku sering melihat hal aneh yang tak wajar di lakukan oleh seorang ibu terhadap lelaki dewasa yang belum begitu ku kenal.
Kali pertama aku melihat sesuatu yang aneh itu, pada saat di rumahku ada acara, acara syukuran atas sembuhnya penyakit stroke ringan yang di derita kakak tertuaku. Aku di kenalkan seorang lelaki dewasa yang ku panggil om budi begitu kata ibuku.
“ini teman ibu nak, ayo salam tangannya” kata ibu kepadaku.
aku pun menyalami lelaki itu.
“om minta tolong ya, Hp om lowbet nak di chargerkan ya” om budi menyuruhku.
Segera ku ambil hpnya dan ku chargerkan sesuai permintaannya.

Tangan ini memang lancang sekali, tanpa sengaja ku buka hp lelaki itu ku lihat pesan yang ada di hpnya. Astaghfirullah…betapa terkejutnya aku membaca sebuah pesan yang isinya tidak ku mengerti tapi yang membuatku terkejut ialah pesan itu tertera atas nama ibuku.
Kulanjutkan membaca pesan-pesan berikutnya, sungguh tak ku duga begitu banyak pesan masuk dan terkirim atas nama ibuku.
Tak tersadar air mata membasahi hp ini. Tangan bergemetaran ketika mengetahui hal ini, aku bingung, aku takut, aku kalut, aku bersedih, aku kesal, aku kecewa, dan aku …………..agggghhhh.
Siapa sebenarnya lelaki itu, ada huhungan apa dia dengan ibuku. Ya allah, mengapa harus aku yang mengetahui hal ini ???
Ibu, apa yang engkau sembunyikan dari kami keluargamu, anak-anakmu, bahkan suamimu ayahku ??
Ibu , mengapa engkau tega memendam cerita gersang seperti ini Bu??
Ibu , aku belum siap menerima kenyataan yang menyakitkan seperti ini Bu. Tidakkah engkau mengingat kebahagiaan kita dulu Bu ?
Aku marah, aku benci entahlah kepada siapa aku harus memberitahukan hal ini. Aku takut membuat ayahku marah dan pasti terluka.
Aku sayang ayah, aku sayang ibu, aku sayang keluargaku.
Ibu , engkau panutan keluarga bu. Mengapa…mengapa… dan mengapa????
 Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu.
Tangisku semakin menjadi.

Aku menghentikan membacai pesan-pesan yang ada di hp lelaki itu. Ku kembalikan ke awal agar lelaki itu tak curiga bahwa hp nya telah ku buka.
Hatiku seperti tertusuk beribu jarum pun duri tajam menghantam tanpa permisi.
Ku coba tersenyum di depan orang ramai, aku tak ingin mereka tahu kalau aku baru saja menangis.
Waktu begitu cepat berlalu, lelaki itu meminta hpnya yang di charge tadi. Aku sudah kesal benar melihat lelaki ini, tapi menjaga perasaan ibuku aku masih berbaik-baik sikap di depan nya.
Aku ambil hpnya dan kuberikan kepada lelaki itu tanpa basa-basi segera ku tinggalkan tempat itu dan aku masuk ke kamarku melanjutkan tangis yang menyesak di dada ini.
Ku kunci kamar rapat-rapat, tak ingin seorang pun mendengar pun mengetahui yang kurasakan saat ini.

Terlalu lama aku menangis hingga ku tertidur dalam pelukan malam.
Peristiwa ini masih setia di hatiku , belum ada seorang di antara keluarga yang ku bagi cerita .
Entahlah sampai kapan aku mampu memendam bangkai kebusukan itu.


Belum sempatku berbagi cerita tentang peristiwa beberapa minggu yang lalu, lagi-lagi aku juga yang mengalami;melihat sesuatu yang mencurigakan.
Kali ini bukan di rumahku melainkan di suatu pesta aku dan ibuku pergi ke pesta teman ayahku bekerja. Di pesta ini aku bertemu dengan lelaki itu yang sedang menikmati makanannya.
Ibuku menyapa dengan ramah lelaki itu, aku pun terpaksa menyapanya.
Saat ibuku pamitan pulang dan bersalaman dengan lelaki itu entah kenapa aku melihat lelaki itu mengirim pesan dan pesan itu tertuju atas nama ibuku.
Ya allah . apa mau lelaki ini . mengapa dia mengirim pesan kepada ibuku. Apa isi pesan yang di kirimnya…
Perjalanan pulang ke rumah, aku sudah tidak tahan memendam hal mencurigakan ini. Akhirnya ku beranikan diri menceritakannya kepada ibuku.
Ibuku sangat misterius, ada sesuatu yang ia sembunyikan. Dengan santainya ibuku menanggapi, jangan buruk sangka sama orang lain itu tidak bagus anakku.
Aku sudah kesal yang sebenar-benar kesal namun ibuku malah menanggapi dengan hati dan senyuman.
Ya allah, beri petunjuk atas peristiwa ini… amin


Yah, sekarang kali ketiganya aku menemui hal mencurigakan seperti yang pernah terjadi di waktu sebelumnya.
Kali ini aku pergi ke pesta bersama ayahku, kebetulan ibuku sedang sakit jadi tidak ikut ke pesta.
Lagi-lagi aku bertemu dengan lelaki itu, rasanya ingin teriak saja dan segera enyah dari hadapannya.
lelaki itu tidak seperti yang ku temui sewaktu pesta waktu yang lalu kini ia menjadi penjaga tamu. Mungkin karena yang pesta adalah teman dekatnya jadi ia ikut bekerja menyambut tamu undangan.
Gadis penjaga hidangan ini ternyata anak lelaki itu.
Aku di suguhkan sebuah piring dan dengan senyuman yang tak seberapa itu ia mempersilahkan ku untuk mengambil nasi serta menu makanan yang telah tersedia.
Aku heran dan tertegun di dalam hati, mengapa ayahku tidak di berikannya sebuah piring juga? Apa maksudnya ini…
Ternyata setelah selesai ku ambil menu hidangan , ayahku di beri sebuah piring lengkap dengan nasi juga menu hidangannya.
Apa-apaan ini?? Ia yang menyiapkan nasi untuk ayahku ?
Dengan hati kesal, aku makan sedikit demi sedikit nasi yang ku ambil.
Selera makanku telah hilang ketika melihat wajahmu perempuan tua !
Aku buru-buru mengajak ayah untuk pulang, dengan alasan sakit perut.
Ayah pun mengikuti keinginanku.

Di perjalanan pulang, tak ku sadari air mataku menetes di pipi.
Ku coba tahan amarah juga tangisku, ku beranikan bertanya pada ayah.
Tapi apa? Ayah hanya berkata , jangan hiraukan kejadian tadi itu hanya kebetulan dan tidak ada maksud tertentu anak ayah.
Begitu banyak pertanyaan yang terucap dari bibirku, ternyata hanya itu yang ayah katakan kepadaku.
Setibanya di rumah, aku menceritakan hal ini kepada kakakku. Tak seharusnya kuceritakan sekarang karena ini masih kekhawatiranku saja, tapi aku sudah tidak bisa menyimpannya sendirianku.
kakakku masih bisa tersenyum mendengar ceritaku. Tanpa sengaja ibu pun mendengar ceritaku dan pergi kembali ke kamarnya.
Oh. Ibu sungguh apa sesungguhnya isi hatimu, masih saja senyum manis terluncur dari bibirmu yang pucat pasih yang ku tak tahu apa makna senyummu itu.


Dan inilah puncaknya.
Yang ku khawatirkan kini menjadi kenyataan.
Akhirnya, ibuku mengatakan yang sebenarnya terjadi selama ini, yang sudah lama di tutup-tutupi, yang telah lama tersembunyi.
Saat itu aku sedang belajar di ruang belajar bersama guru les ku. Aku tidak di perbolehkan ikut mendengar percakapan orang-orang dewasa di ruang tamu sana..
Aku yang saat itu sedang menghafal rumus-rumus untuk ujian akhir nasional Mate-matika sekolah dasar merasa penasaran dan ingin tahu apa yang di bicarakan mereka di sana.
Keesokan paginya barulah aku di beritahu tentang ibuku.
Aku tidak siap mendengar hal itu, ternyata dugaan ku selama ini????
Kembali tangis yang menjawab segala tanyaku

Pengadilan, 20 Oktober 2005
Aku sedang menikmati liburanku, tapi liburan yang seharusnya keceriaan bagi anak seusiaku kini berubah menjadi kedewasaan sebelum usiaku.
Aku di tuntut dewasa sebelum waktunya, yah. Perceraian orangtuaku membuatku dewasa terlalu dini.
Aku belum siap menerima kenyataan pahit ini, aku tidak mau berpisah dari ayah ataupun ibuku.
Tapi, setelah pak hakim mengetuk palu nya tiga kali maka aku pun mendengar pernyataan cerai antara ayah dan ibu.
Aku belum mengerti arti perceraian itu sendiri, yang ku tahu cerai itu berpisahnya ibu dengan ayah.
Aku di suruh memilih untuk tinggal bersama siapa antara ayah dan ibuku.
Aku tidak memilih keduanya, walaupun hakim mengatakan aku berhak tinggal bersama ibuku, tapi aku tidak mau tinggal bersama ibu.
Ibu yang membuat hancur keluarga ini, aku benci ibu! Aku putuskan untuk tinggal bersama kakakku yang telah memiliki keluarga kecil.


Ayah, maafkan aku tidak mau tinggal bersamamu agar adil menurutku.



Keterangan (*): Mahasiswa Unimed jurusan bahasa dan sastra Indonesia dan bergiat di komunitas kepenulisan Kontan (Komunitas Tanpa Nama)


1 komentar:

  1. nice posting, cerita yang cukup menyentuh. Terima kasih telah berbagi:)

    BalasHapus