Minggu, 11 Maret 2012

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra


STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROSES MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
Azizah Nur Fitriana*

Abstrak.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah untuk mengetahui :  1) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan, 2) metode pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan, 3) pemakaian media bergambar dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan, 4) pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca dan menulis permulaan, dan 5) hambatan-hambatan yang dirasakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Metode yang digunakan dalam pembahasan ini adalah metode konstruktivisme dan metode kualitatif , metode multisensori dengan pengumpulan data pengamatan. Membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Menurut Doman waktu terbaik untuk belajar membaca kira-kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Metode multisensori berhasil digunakan untuk mengatasi kelemahan membaca pada penderita disleksia, namun belum diketahui pengaruhnya jika diterapkan pada anak-anak di sekolah formal yang kurang menunjukkan peningkatan kemampuan membaca,dan meningkatnya minat juga motivasi siswa untuk membaca dan menulis permulaan.

Kata kunci : Pembelajaran, membaca, menulis, konstruktif, kualitatif

Pendahuluan
            Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan. Dengan pendidikan dipersiapkan tenaga-tenaga dalam pembangunan bangsa dan Negara. Pendidikan yang terpadu dan terus-menerus dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri seseorang.
            Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada tingkat sekolah dasar telah menjadi kebijaksanaan pemerintah yang harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Usaha ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya untuk mencapai tujuan pembangunan.
            Dalam usaha peningkatan mutu faktor guru memegang peran penting , karena itu profesionalisme tenaga guru kelas digalang secara sistematis, melalui wadah-wadah pembinaan professional guru.
            Maju mundurnya masyarakat dalam suatu Negara bergantung pada maju mundurnya pendidikan di Negara tersebut. Mutu pendidikan itu dapat dicapai dengan baik apabila proses belajar-mengajar diselenggarakan dalam kelas atau sekolah benar-benar efektif dan fungsional sesuai dengan sasarang yang diinginkan.
            Membaca dan menulis permulaan pada tahap keberwacanaan dan bersifat teknis. Tahap-tahap keberwacanaan ini merupakan tujuan pembelajaran di SD kelas-kelas awal, yaitu kelas 1 dan 2 (Comb, 1996: 15). Namun, menurut Wrigth, dkk (1993:15), mengajar anak untuk dapat membaca dan menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi untuk mengajar membaca dan menulis permulaan pada anak-anak usia kelas awal yang masih berada dalam usia bermain dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi pembelajaran yang formal dan suasana serius.
Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005, h. 5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat.
Konsep perkembangan dirumuskan oleh H.Werner (Gunarsa, 1990:22) dengan mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang mula-mula global, masif, belum terpecah atau terperinci kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi integrasi yang hirarkis. Penggunaan istilah masa awal anak-anak (early childhood) menyebutnya usia prasekolah ketika anak masuk sekolah untuk persiapan masuk ke sekolah formal yaitu SD. Pada masa itu anak perlu mendapatkan selain pengetahuan juga keterampilan dan budi pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada kehidupan dewasa. Umumnya orang Indonesia menggo-longkan masa awal anak itu pada usia 7-12 tahun ( Sekolah Dasar kelas 1-6).
Menurut Hurlock (1980:110), proses tumbuhkembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik. Secara umum perkembangan ini dibagi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan ini pada dasarnya berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot.
Lingkungan dapat mempengaruhi kematangan anak untuk mempelajari sesuatu aktivitas. Anak yang berada di lingkungan yang kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan lebih cepat matang dan menguasai keterampilan lebih cepat daripada anak yang berada di lingkungan baik. Mereka sudah dapat mengikat tali sepatunya, menulis huruf abjad, berjalan, berlari, bahkan menggambar.
Dari hasil diskusi yang dilakukan dengan guru kelas 1 dan dari pengamatan awal yang dilakukan peneliti terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat disimpulkan rendahnya kemampuan membaca dan menulis siswa terutama disebabkan kurang tepatnya strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan, tampaknya guru masih terfokus pada penggunaan metode mengeja.
Dalam hal ini, guru juga menyadari kelemahan metode mengeja ini karena sering mendapat keluhan dari guru kelas dua atau kelas tiga bahwa dalam kegiatan membaca lanjut, siswanya masih sering mengeja. Guru juga menyadari bahwa kebiasaan mengeja pada anak sulit dihilangkan. Namun, guru tetap menggunakan metode mengeja itu karena guru menganggap metode ini sangat praktis, mudah dilaksanakan, dan tidak memerlukan kreativitas strategi pembelajaran yang memerlukan banyak pemikiran, serta didasari kekurangmampuan guru dalam menganalisis strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal
ini guru melupakan satu hal, yaitu sesuatu yang dilaksanakan dengan mudah dan praktis belum tentu memperoleh hasil yang maksimal.
            Dalam proses belajar mengajar di sekolah, murid di pandang sebagai individu yang potensial. Potensial tersebut tidak dapat berkembang tanpa adanya bantuan guru. Ada kemungkinan pula keterlambatan perkembangan potensi murid dikarenakan oleh guru. Guru sangat berperan penting dalam kegiatan pembinaan belajar murid.
Melihat dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan pengajaran membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca perlu dirangsang sejak dini. Namun, membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor – faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran (Sugiarto, 2002). Faktor – faktor tersebut terkait dengan jalannya proses belajar membaca, dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan membaca pada anak.
            Membaca dan menulis permulaan merupakan tingkat keterampilan yang tidak dapat dipisahkan pembinaannya membaca dan menulis permulaan untuk memudahkan murid mengenal huruf-huruf abjad dan menulis permulaan ini sangat penting karena merupakan dasar dari pengajaran membaca dan menulis pada tingkat yang lebih tinggi di sekolah.
Anak harus menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk bisa belajar membaca dengan fasih. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta (Grainger, 2003, h. 174). Kemampuan memetakan bunyi ke dalam symbol juga akan menentukan kemampuan anak dalam menulis dan mengeja. Dengan memperhatikan kemampuan yang dibutuhkan anak dalam belajar membaca, selanjutnya diperlukan kerjasama komponen – komponen lain dalam proses membaca. Guru atau orangtua dapat membimbing anak lebih baik, dan mempersiapkan materi serta metode yang tepat untuk memberi pengajaran
membaca pada anak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah praktis pembelajaran dengan upaya menerapkan efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan, untuk langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD, metode pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD, pemakaian media bergambar dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD, pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD dan  hambatan-hambatan yang dirasakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD.
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kompetensi mengajar guru dan memberikan gambaran kondisi pembelajaran konstruktivisme di kelas bagi para penentu kebijakan seperti kepala sekolah, bagi Kepala Cabang Departemen Pendidikan Nasional.

Metode
           
            Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (1988) dengan prosedur penelitian yang terdiri atas perencanaan-tindakan observasi/evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Metode ini juga sesuai dengan karakteristik penelitian yang mengarah pada penelitian kualitatif sebagaimana yang disebutkan oleh Bodgam dn Biklen dalan Amirruddin (1990) bahwa penelitan kualitatif memiliki karakteristik 1) natural setting 2) bersifat deskriptif, 3) lebih mengutamakan proses dari pada hasil 4) analisis data dilakukan secara induktif, dan 5) makna merupakan perhatian utama. Selain itu, pengolahan data pene;itian ini dilakukan dalam bentuk pendeskripsian tanpa menggunakan rumus-rumus statistik.
Penelitian ini juga bertujuanuntuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode multisensori dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak-anak Apakah terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa metode multisensori jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga siklus. Pada tiap pentahapan siklus diupayakan dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas 1. Adapun pembelajaran kontruktivisme yang dilakukan dalam penelitian ini tampak melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Pada siklus 1, pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Guru melakukan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah disusun bersama dalam tim peneliti.
Dalam hal ini, guru mengawali dengan memberikan apersepsi untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal membaca dan menulis permulaan; 2) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata bergambar (MKKB) yang sudah didesain untuk mengenalkan huruf yang terdiri atas 1 set huruf dari a sampai dengan z, dan ditetapkan pada saat kegiatan perencanaan, 3) Dalam melakukan tindakan ini, guru menggunakan strategi menemukan sendiri dengan menjalin interaksi dengan siswa untuk merangsang aktivitas siswa dengan cara: a) Guru menunjukkan MKKB sisi depan yang terdapat gambar serta konteks kata untuk mengenalkan huruf tertentu. Misalnya, untuk mengenalkan huruf b guru dapat menggunakan MKKB yang bergambar buku dengan tulisan buku yang berada di bawah gambar.
Guru membacakan tulisan yang berada di bawah gambar, yakni buku. Setelah itu siswa diminta untuk menirukan ucapan guru sambil guru menunjuk tulisan yang ada di bawah gambar, bukan menunjuk gambarnya, b) guru mengenalkan bagian awal dari kata buku, yakni huruf b. Guru kemudian menunjukkan sisi belakang MKKB yang bertuliskan huruf b tulis,, siswa diminta menirukan di buku masing-masing, d) Pembelajaran MMP dengan MKKB ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan menarik yang lain, yakni guru meminta siswa untuk menggambar atau menceritakan gambar yang terkait dengan gambar dan tulisan yang terdapat dalam MKKB. Pada akhir pembelajaran dapat diberikan tes berupa tugas permainan dengan menggunakan MKKB dalam bentuk mencocokkan kata dengan gambar yang sesuai.
 Dalam hal ini, siswa dapat diminta untuk berlomba adu cepat dalam mencari kata-kata yang berawal huruf b, kemudian menuliskan huruf tersebut di papan tulis. Pembelajaran pada siklus 2 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru mengawali dengan memberikan apersepsi awal untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal mengenali huruf dalam konteks kata bergambar, 2) Kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan kalimat-kalimat yang terdiri atas kata-kata dengan suku kata berulang, misalnya untuk mengenalkan sistem perangkaian huruf d dengan vokal digunakan kalimat Ada dua dadu; Ini dadu didi dan dedo; Didi dan dedo duduk; dan seterusnya, 3) Guru membacakan cerita bergambar dengan kalimat-kalimat sederhana yang seperti dicontohkan pada bagian 2, 4) Guru melakukan pembacaan secara berulang-ulang, siswa menirukan, 5) Setelah siswa dapat menirukan dan membaca pengulangan-pengulangan suku kata dalam kalimat-kalimat sederhana, guru meminta siswa untuk menuliskan di papan tulis atau di buku masing-masing, 6) Dalam melakukan tindakan ini, guru dapat menggunakan strategi menemukan sendiri dan melakukan kegiatan interaktif untuk menjalin interaksi dengan siswa dengan merangsang aktivitas dan daya pikir siswa, 7) Pada akhir pembelajaran dapat diberikan tes akhir berupa tugas membaca kalimat dalam buku cerita bergambar dengan suku kata berulang dan mencontoh tulisan guru atau tulisan yang ada di buku tersebut di papan tulis atau berupa tes dikte di buku siswa masing-masing.
Pembelajaran pada siklus 3 dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru mengawali dengan memberikan apersepsi untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal mengenali sistem pembacaan dan penulisan kata dan kalimat yang dibantu dengan konteks gambar, 2) Kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media buku cerita bergambar yang sudah didesain dan ditetapkan pada saat kegiatan perencanaan, misalnya kalimat-kalimat sebagai berikut: ini kancil, kancil hidup di hutan, kancil suka makan timun, ini kebun pak tani, pak tani menanam timun, kancil lewat di kebun, timun pak tani ranum-ranum, kancil mencuri timun pak tani, dan seterusnya, 3) Dalam melakukan tindakan ini, guru dapat menggunakan strategi menemukan sendiri dan melakukan kegiatan interaktif untuk menjalin interaksi dengan siswa dengan merangsang aktivitas dan daya pikir siswa dengan cara: a) Guru membagikan buku cerita yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan kebutuhan membaca awal siswa kepada semua siswa dengan judul cerita yang sama, b) Guru memberikan contoh cara membaca cerita bergambar tersebut, siswa diminta menirukan, c) Dalam pembelajaran ini diupayakan terjadi diskusi menarik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya tentang topik yang diceritakan dalam cerita bergambar tersebut, d) Guru meminta salah satu atau beberapa orang siswa membacakan secara nyaring buku cerita tersebut, e) Selain membacakan, siswa juga diminta untuk menuliskan di papan tulis atau di buku masing-masing kalimat-kalimat yang ada dalam buku cerita tersebut yang dipilih oleh guru, f) Pada akhir pembelajaran dapat diberikan tes akhir berupa membaca kalimat dalam buku cerita bergambar dan menulis kalimat sederhana (dikte).
 Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan pengaruh kondusif terhadap kemampuan dan sistem belajar anak dalam membaca dan menulis permulaan. Pengaruh kondusif dalam jangka pendek yang dimaksudkan adalah 1) meningkatnya kemampuan membaca siswa yang dapat dibuktikan dari kemampuan membaca siswa yang dilakukan dengan menghindari sistem mengeja, (2) meningkatnya pemahaman siswa terhadap bahan bacaan yang berupa kalimat-kalimat sederhana, dan 3) meningkatnya minat dan motivasi siswa untuk membaca dan menulis permulaan. Adapun pengaruh kondusif dalam jangka panjang belum bisa disampaikan dalam laporan penelitian ini karena harus dilihat dampaknya pada pembelajaran membaca dan menulis lanjut siswa ketika mereka berada pada kelas tinggi (kelas 3 sampai dengan 6). Namun dapat dipredikisikan (berdasarkan asumsi teori sintesis dan global) bahwa kemampuan membaca dan menulis lanjut anak menjadi meningkat sebagai dampak diterapkannya pembelajaran konstruktivisme, kualitatif dan multisensori di kelas 1 SD.

A.    Langkah pelaksanaan membaca permulaan
Langkah mengajar permulaan di bedakan menjadi dua macam yaitu membaca tanpa buku dan membaca dengan buku.
1)       Membaca permulaan tanpa buku
Langkkah-langkahnya :
a.       Guru menunjukkan gambar yang berisi cerita
b.      Guru menceritakan isi gambar
c.       Murid disuruh menceritakan kembali isi gambar
d.      Menuliskan kata yang terdapat cerita dalam rangka mengenalkan huruf dan cara membaca
e.       Gambar sudah tidak digunakan, sebagai gantinya guru membuka cerita sedrhana dan menuliskannya di papan tulis. Cara yang ditempuh adalah : 1.mengenal kata dalam kalimat, 2. Mengenal suku kata dalam kata, 3. Mengenal huruf dalam suku kata, 4. Merangkai huruf dalam suku kata, 5. Merangkai suku kata menjadi kata .
2)      Membaca dengan buku
Langkah-langkahnya :
a.       Membagikan buku atau menyuruh anak mengeluarkan buku yang dibawanya
b.      Memperkenalkan buku, warna, jilid dan tulisan
c.       Memberi petunjuk cara membuat buku
d.      Menjelaskan angka dalam nomor halaman
e.       Memusatkan perhattian anak pada halaman yang dipelajari
f.       Menceritakan gambar yang terdapat pada halaman tersebut
g.      Mengajak murid membaca kalimat dengan intonasi yang tepat

B.     Langkah pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan
Dalam buku petunjuk pengajaran membaca dan menulis di SD (depdikbud,1996) di kemukakan langkah-langkah pengajaran menulis di kelas I dan II SD , secara garis besar :
1.      Pengenalan huruf
2.      Latihan
3.      Menyalin tulisan
4.      Menulis halus/indah
5.      Dekte
6.      Melengkapi

Tujuan pengajaran bahasa Indonesia dan dirumuskan dalam berbagai kurikulum adalah agar murid memiliki pengetahuan tentang bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai alat komunikasi , murid terampil menggunakan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan, dan dapat menghargai terhadap kebudayaan dan tradisi nasional termasuk bahasa Indonesia.
            Tujuan tersebut merupakan tujuan umum yang digariskan departemen pendidikan dan kebudayaan dalam rencana pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.
            Tujuan bahasa Indonesia tersebut di rumuskan dalam kurikulum bahasa Indonesia SD , yaitu dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) 1994 bahasa Indonesia dalam bentuk tujuan kurikuler dan tujuan instruksional. Tujuan kurikuler adalah tujuan pencapaian nya di bebankan kepada program pengajaran suatu bidang studi. Tujuan instruksional dibebankan kepada suatu pengajaran dalam suatu bidang pengajaran atau pokok bahasan.

Media pengajaran membaca dan menulis permulaan

Media sebagai salah satu komponen pengajaran harus digunakan dalam proses belajar mengajar dan tidak boleh dilupakan jika hasil pengajaran yang dilaksanakan itu diharapkan dapat memberi hasil yang sangat memuaskan. Hal ini karena penggunaan media dalam pengajaran dapat menyalurkan pesan yang tepat dari suatu sumber (guru) kepada penerima (murid).
            Fungsi dan peranan media dalam pengajaran sangat besar karena media pengajaran tidak hanya sekedar membantu penyaluran pesan, tetapi dapat pula membantu hasil yang sangat memuaskan. Hal ini kerana penggunaan media dalam pengajaran dapat menyalurkan pesan tetapi juga membantu penyederhanaan proses pengajaran yang ruwet ke proses komunikasi belajar yang cukup lancer.
            Sehubungan hal tersebut, hafni (1984) mengatakan : salah satu tujuan penggunaan media adalah menyederhanakan pengajaran, salah satu media yang di gunakan menjadi pengajaran yang lebih ruwet. Supaya kekeliruan yang tidak perlu dihindarkan , karakteristik media yang efektif perlu dikenali, relevan sesuai dengan tujuan, dan pengalaman belajar, sederhana esencial dan menarik serta menghemat tenaga dan waktu adalah beberapa cirri efektif.
            Pendapat diatas mempertegas pentingnya media dalam pengajaran. Penggunaan media dengan baik . media tidak hanya berfungsi mempercepat penerimaan pesan , tetapi berfungsi membantu kesalahpahaman murid dalam menerima pelajaran. Media juga dapat membantu ingatan kerana murid diharapkan kepada atraksi langsung terhadap wujud sebenarnya.


Penutup

a.      Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang saya ambil dari jurnal acuan saya dilakukan pada kelas 1 SD di Aceh Besar proses pelaksanaan membaca dan menulis permulaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pengajaran, media pengajaran dan evaluasi pengajaran. Dengan demikan hasil yang di peroleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
            Usaha guru dalam meningkatkan kegiatan membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD di Aceh besar sudah baik, terutama didalam kegiatan membimbing murid membaca dan menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat.

Daftar Pustaka

JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.6 NO.2, 2005: 61 – 118 PENINGKATAN KEMAMPUAN
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN MELALUI
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

Jurnal Pendidikan. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Di kelas I SD Negeri 1 Jeumpet Aceh Besar

Jurnal Pendidikan PENGARUH METODE MULTISENSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN.

1 komentar:

  1. saya mahasiswi dari Universitas Indraprasta PGRI, artikelnya bagus ijin buat referensi yah :)

    BalasHapus