STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PROSES MEMBACA DAN MENULIS
PERMULAAN
Azizah
Nur Fitriana*
Abstrak.
Tujuan yang
ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah untuk mengetahui : 1) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
membaca dan menulis permulaan, 2) metode pelaksanaan pembelajaran membaca dan
menulis permulaan, 3) pemakaian media bergambar dalam pelaksanaan pembelajaran
membaca dan menulis permulaan, 4) pelaksanaan evaluasi pembelajaran membaca dan
menulis permulaan, dan 5) hambatan-hambatan yang dirasakan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Metode yang digunakan
dalam pembahasan ini adalah metode konstruktivisme dan metode kualitatif , metode
multisensori dengan pengumpulan data pengamatan. Membaca merupakan sarana yang
tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Menurut Doman
waktu terbaik untuk belajar membaca kira-kira bersamaan waktunya dengan anak
belajar bicara, dan masa peka belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5
tahun. Metode multisensori berhasil digunakan untuk mengatasi kelemahan membaca
pada penderita disleksia, namun belum diketahui pengaruhnya jika diterapkan
pada anak-anak di sekolah formal yang kurang menunjukkan peningkatan kemampuan
membaca,dan meningkatnya minat juga motivasi siswa untuk membaca dan menulis
permulaan.
Kata kunci : Pembelajaran, membaca, menulis,
konstruktif, kualitatif
Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan penting
dalam pembangunan. Dengan pendidikan dipersiapkan tenaga-tenaga dalam
pembangunan bangsa dan Negara. Pendidikan yang terpadu dan terus-menerus dapat
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri seseorang.
Peningkatan mutu pendidikan,
khususnya pada tingkat sekolah dasar telah menjadi kebijaksanaan pemerintah
yang harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya. Usaha ini dilaksanakan dalam
rangka peningkatan kualitas sumber daya untuk mencapai tujuan pembangunan.
Dalam usaha peningkatan mutu faktor
guru memegang peran penting , karena itu profesionalisme tenaga guru kelas
digalang secara sistematis, melalui wadah-wadah pembinaan professional guru.
Maju mundurnya masyarakat dalam
suatu Negara bergantung pada maju mundurnya pendidikan di Negara tersebut. Mutu
pendidikan itu dapat dicapai dengan baik apabila proses belajar-mengajar
diselenggarakan dalam kelas atau sekolah benar-benar efektif dan fungsional
sesuai dengan sasarang yang diinginkan.
Membaca
dan menulis permulaan pada tahap keberwacanaan dan bersifat teknis. Tahap-tahap
keberwacanaan ini merupakan tujuan pembelajaran di SD kelas-kelas awal, yaitu
kelas 1 dan 2 (Comb, 1996: 15). Namun,
menurut Wrigth, dkk (1993:15), mengajar anak untuk dapat membaca dan menulis
merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Apalagi untuk mengajar membaca dan
menulis permulaan pada anak-anak usia kelas awal yang masih berada dalam usia
bermain dan belum memungkinkan untuk menghadapkan mereka pada situasi
pembelajaran yang formal dan suasana serius.
Anak usia dini berada dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental
(Suyanto, 2005, h. 5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia
emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal
dengan cepat.
Konsep perkembangan dirumuskan
oleh H.Werner (Gunarsa, 1990:22) dengan mengemukakan bahwa perkembangan
merupakan suatu proses yang mula-mula global, masif, belum terpecah atau
terperinci kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi integrasi
yang hirarkis. Penggunaan istilah masa awal anak-anak (early childhood)
menyebutnya usia prasekolah ketika anak masuk sekolah untuk persiapan masuk ke
sekolah formal yaitu SD. Pada masa itu anak perlu mendapatkan selain
pengetahuan juga keterampilan dan budi pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada
kehidupan dewasa. Umumnya orang Indonesia menggo-longkan masa awal anak itu
pada usia 7-12 tahun ( Sekolah Dasar kelas 1-6).
Menurut Hurlock (1980:110),
proses tumbuhkembang kemampuan gerak seorang anak disebut perkembangan motorik.
Secara umum perkembangan ini dibagi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan
motorik halus. Keterampilan ini pada dasarnya berkembang sejalan dengan
kematangan saraf dan otot.
Lingkungan dapat mempengaruhi kematangan
anak untuk mempelajari sesuatu aktivitas. Anak yang berada di lingkungan yang kurang
dapat perhatian dari orang tuanya akan lebih cepat matang dan menguasai
keterampilan lebih cepat daripada anak yang berada di lingkungan baik. Mereka
sudah dapat mengikat tali sepatunya, menulis huruf abjad, berjalan, berlari,
bahkan menggambar.
Dari hasil diskusi yang
dilakukan dengan guru kelas 1 dan dari pengamatan awal yang dilakukan peneliti
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat disimpulkan rendahnya kemampuan
membaca dan menulis siswa terutama disebabkan kurang tepatnya strategi pembelajaran
yang diterapkan guru dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Dalam
pembelajaran membaca dan menulis permulaan, tampaknya guru masih terfokus pada
penggunaan metode mengeja.
Dalam hal ini, guru juga menyadari
kelemahan metode mengeja ini karena sering mendapat keluhan dari guru kelas dua
atau kelas tiga bahwa dalam kegiatan membaca lanjut, siswanya masih sering
mengeja. Guru juga menyadari bahwa kebiasaan mengeja pada anak sulit dihilangkan.
Namun, guru tetap menggunakan metode mengeja itu karena guru menganggap metode
ini sangat praktis, mudah dilaksanakan, dan tidak memerlukan kreativitas
strategi pembelajaran yang memerlukan banyak pemikiran, serta didasari kekurangmampuan
guru dalam menganalisis strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal
ini guru melupakan satu hal, yaitu sesuatu yang
dilaksanakan dengan mudah dan praktis belum tentu memperoleh hasil yang
maksimal.
Dalam
proses belajar mengajar di sekolah, murid di pandang sebagai individu yang
potensial. Potensial tersebut tidak dapat berkembang tanpa adanya bantuan guru.
Ada kemungkinan pula keterlambatan perkembangan potensi murid dikarenakan oleh
guru. Guru sangat berperan penting dalam kegiatan pembinaan belajar murid.
Melihat dampak yang akan
dihasilkan dari kegagalan pengajaran membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca
perlu dirangsang sejak dini. Namun, membaca bukanlah suatu kegiatan
pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor – faktor tersebut datang
dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran (Sugiarto,
2002). Faktor – faktor tersebut terkait dengan jalannya proses belajar membaca,
dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan
membaca pada anak.
Membaca
dan menulis permulaan merupakan tingkat keterampilan yang tidak dapat
dipisahkan pembinaannya membaca dan menulis permulaan untuk memudahkan murid
mengenal huruf-huruf abjad dan menulis permulaan ini sangat penting karena
merupakan dasar dari pengajaran membaca dan menulis pada tingkat yang lebih
tinggi di sekolah.
Anak harus menggunakan
pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk bisa belajar membaca dengan
fasih. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan
antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta (Grainger, 2003, h. 174).
Kemampuan memetakan bunyi ke dalam symbol juga akan menentukan kemampuan anak
dalam menulis dan mengeja. Dengan memperhatikan kemampuan yang dibutuhkan anak
dalam belajar membaca, selanjutnya diperlukan kerjasama komponen – komponen
lain dalam proses membaca. Guru atau orangtua dapat membimbing anak lebih baik,
dan mempersiapkan materi serta metode yang tepat untuk memberi pengajaran
membaca pada anak.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk memecahkan masalah praktis pembelajaran dengan upaya menerapkan
efektivitas pembelajaran konstruktivisme dalam meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis permulaan, untuk langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran membaca
dan menulis permulaan kelas 1 SD, metode pelaksanaan pembelajaran membaca dan
menulis permulaan kelas 1 SD, pemakaian media bergambar dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD, pelaksanaan evaluasi
pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD dan hambatan-hambatan yang dirasakan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran membaca dan menulis permulaan kelas 1 SD.
Hasil penelitian ini diharapkan
akan dapat bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
peningkatan kompetensi mengajar guru dan memberikan gambaran kondisi pembelajaran
konstruktivisme di kelas bagi para penentu kebijakan seperti kepala sekolah,
bagi Kepala Cabang Departemen Pendidikan Nasional.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian tindakan
kelas ini digunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (1988) dengan prosedur
penelitian yang terdiri atas perencanaan-tindakan observasi/evaluasi-refleksi
yang bersifat daur ulang atau siklus. Metode ini juga sesuai dengan
karakteristik penelitian yang mengarah pada penelitian kualitatif sebagaimana
yang disebutkan oleh Bodgam dn Biklen dalan Amirruddin (1990) bahwa penelitan
kualitatif memiliki karakteristik 1) natural setting 2) bersifat deskriptif, 3)
lebih mengutamakan proses dari pada hasil 4) analisis data dilakukan secara
induktif, dan 5) makna merupakan perhatian utama. Selain itu, pengolahan data
pene;itian ini dilakukan dalam bentuk pendeskripsian tanpa menggunakan
rumus-rumus statistik.
Penelitian ini juga
bertujuanuntuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode multisensori dalam
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak-anak Apakah terjadi
peningkatan kemampuan membaca permulaan pada kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan berupa metode multisensori jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang tidak diberi perlakuan.
Hasil
dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan selama tiga siklus. Pada tiap pentahapan siklus diupayakan dapat
menghasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dari hasil penelitian
ini dapat dibuktikan bahwa pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis permulaan di kelas 1. Adapun pembelajaran kontruktivisme yang
dilakukan dalam penelitian ini tampak melalui langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut. Pada siklus 1, pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Guru melakukan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan tindakan yang
telah disusun bersama dalam tim peneliti.
Dalam hal ini, guru mengawali
dengan memberikan apersepsi untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal membaca
dan menulis permulaan; 2) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
kartu kata bergambar (MKKB) yang sudah didesain untuk mengenalkan huruf yang
terdiri atas 1 set huruf dari a sampai dengan z, dan ditetapkan pada saat
kegiatan perencanaan, 3) Dalam melakukan tindakan ini, guru menggunakan
strategi menemukan sendiri dengan menjalin interaksi dengan siswa untuk
merangsang aktivitas siswa dengan cara: a) Guru menunjukkan MKKB sisi depan
yang terdapat gambar serta konteks kata untuk mengenalkan huruf tertentu.
Misalnya, untuk mengenalkan huruf b guru dapat menggunakan MKKB yang
bergambar buku dengan tulisan buku yang berada di bawah gambar.
Guru membacakan tulisan yang
berada di bawah gambar, yakni buku. Setelah itu siswa diminta untuk
menirukan ucapan guru sambil guru menunjuk tulisan yang ada di bawah gambar,
bukan menunjuk gambarnya, b) guru mengenalkan bagian awal dari kata buku, yakni
huruf b. Guru kemudian menunjukkan sisi belakang MKKB yang bertuliskan
huruf b tulis,, siswa diminta menirukan di buku masing-masing, d)
Pembelajaran MMP dengan MKKB ini dapat dilanjutkan dengan kegiatan menarik yang
lain, yakni guru meminta siswa untuk menggambar atau menceritakan gambar yang
terkait dengan gambar dan tulisan yang terdapat dalam MKKB. Pada akhir
pembelajaran dapat diberikan tes berupa tugas permainan dengan menggunakan MKKB
dalam bentuk mencocokkan kata dengan gambar yang sesuai.
Dalam hal ini, siswa dapat diminta untuk
berlomba adu cepat dalam mencari kata-kata yang berawal huruf b, kemudian
menuliskan huruf tersebut di papan tulis. Pembelajaran pada siklus 2 dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru mengawali dengan memberikan
apersepsi awal untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal mengenali huruf dalam
konteks kata bergambar, 2) Kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang terdiri atas kata-kata dengan suku kata
berulang, misalnya untuk mengenalkan sistem perangkaian huruf d dengan vokal
digunakan kalimat Ada dua dadu; Ini dadu didi dan dedo; Didi dan dedo
duduk; dan seterusnya, 3) Guru membacakan cerita bergambar dengan
kalimat-kalimat sederhana yang seperti dicontohkan pada bagian 2, 4) Guru melakukan
pembacaan secara berulang-ulang, siswa menirukan, 5) Setelah siswa dapat
menirukan dan membaca pengulangan-pengulangan suku kata dalam kalimat-kalimat
sederhana, guru meminta siswa untuk menuliskan di papan tulis atau di buku
masing-masing, 6) Dalam melakukan tindakan ini, guru dapat menggunakan strategi
menemukan sendiri dan melakukan kegiatan interaktif untuk menjalin interaksi
dengan siswa dengan merangsang aktivitas dan daya pikir siswa, 7) Pada akhir pembelajaran
dapat diberikan tes akhir berupa tugas membaca kalimat dalam buku cerita bergambar
dengan suku kata berulang dan mencontoh tulisan guru atau tulisan yang ada di
buku tersebut di papan tulis atau berupa tes dikte di buku siswa masing-masing.
Pembelajaran pada siklus 3
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Guru mengawali dengan
memberikan apersepsi untuk menjajagi kemampuan siswa dalam hal mengenali sistem
pembacaan dan penulisan kata dan kalimat yang dibantu dengan konteks gambar, 2)
Kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media buku cerita
bergambar yang sudah didesain dan ditetapkan pada saat kegiatan perencanaan,
misalnya kalimat-kalimat sebagai berikut: ini kancil, kancil hidup di hutan,
kancil suka makan timun, ini kebun pak tani, pak tani menanam timun,
kancil lewat di kebun, timun pak tani ranum-ranum, kancil mencuri timun pak
tani, dan seterusnya, 3) Dalam melakukan tindakan ini, guru dapat
menggunakan strategi menemukan sendiri dan melakukan kegiatan interaktif
untuk menjalin interaksi dengan siswa dengan merangsang aktivitas dan daya
pikir siswa dengan cara: a) Guru membagikan buku cerita yang memiliki
karakteristik tertentu sesuai dengan kebutuhan membaca awal siswa kepada semua siswa
dengan judul cerita yang sama, b) Guru memberikan contoh cara membaca cerita
bergambar tersebut, siswa diminta menirukan, c) Dalam pembelajaran ini
diupayakan terjadi diskusi menarik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa lainnya tentang topik yang diceritakan dalam cerita bergambar tersebut,
d) Guru meminta salah satu atau beberapa orang siswa membacakan secara nyaring
buku cerita tersebut, e) Selain membacakan, siswa juga diminta untuk menuliskan
di papan tulis atau di buku masing-masing kalimat-kalimat yang ada dalam buku
cerita tersebut yang dipilih oleh guru, f) Pada akhir pembelajaran dapat
diberikan tes akhir berupa membaca kalimat dalam buku cerita bergambar dan
menulis kalimat sederhana (dikte).
Penelitian ini telah membuktikan bahwa
pembelajaran konstruktivisme dapat memberikan pengaruh kondusif terhadap
kemampuan dan sistem belajar anak dalam membaca dan menulis permulaan. Pengaruh
kondusif dalam jangka pendek yang dimaksudkan adalah 1) meningkatnya kemampuan
membaca siswa yang dapat dibuktikan dari kemampuan membaca siswa yang dilakukan
dengan menghindari sistem mengeja, (2) meningkatnya pemahaman siswa terhadap bahan
bacaan yang berupa kalimat-kalimat sederhana, dan 3) meningkatnya minat dan motivasi
siswa untuk membaca dan menulis permulaan. Adapun pengaruh kondusif dalam
jangka panjang belum bisa disampaikan dalam laporan penelitian ini karena harus
dilihat dampaknya pada pembelajaran membaca dan menulis lanjut siswa ketika mereka
berada pada kelas tinggi (kelas 3 sampai dengan 6). Namun dapat dipredikisikan
(berdasarkan asumsi teori sintesis dan global) bahwa kemampuan membaca dan
menulis lanjut anak menjadi meningkat sebagai dampak diterapkannya pembelajaran
konstruktivisme, kualitatif dan multisensori di kelas 1 SD.
A.
Langkah pelaksanaan membaca permulaan
Langkah mengajar permulaan di
bedakan menjadi dua macam yaitu membaca tanpa buku dan membaca dengan buku.
1)
Membaca
permulaan tanpa buku
Langkkah-langkahnya :
a. Guru
menunjukkan gambar yang berisi cerita
b. Guru
menceritakan isi gambar
c. Murid
disuruh menceritakan kembali isi gambar
d. Menuliskan
kata yang terdapat cerita dalam rangka mengenalkan huruf dan cara membaca
e. Gambar
sudah tidak digunakan, sebagai gantinya guru membuka cerita sedrhana dan
menuliskannya di papan tulis. Cara yang ditempuh adalah : 1.mengenal kata dalam
kalimat, 2. Mengenal suku kata dalam kata, 3. Mengenal huruf dalam suku kata,
4. Merangkai huruf dalam suku kata, 5. Merangkai suku kata menjadi kata .
2)
Membaca dengan buku
Langkah-langkahnya :
a. Membagikan
buku atau menyuruh anak mengeluarkan buku yang dibawanya
b. Memperkenalkan
buku, warna, jilid dan tulisan
c. Memberi
petunjuk cara membuat buku
d. Menjelaskan
angka dalam nomor halaman
e. Memusatkan
perhattian anak pada halaman yang dipelajari
f. Menceritakan
gambar yang terdapat pada halaman tersebut
g. Mengajak
murid membaca kalimat dengan intonasi yang tepat
B.
Langkah pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan
Dalam buku petunjuk pengajaran membaca dan menulis di
SD (depdikbud,1996) di kemukakan langkah-langkah pengajaran menulis di kelas I
dan II SD , secara garis besar :
1. Pengenalan
huruf
2. Latihan
3. Menyalin
tulisan
4. Menulis
halus/indah
5. Dekte
6. Melengkapi
Tujuan pengajaran bahasa
Indonesia dan dirumuskan dalam berbagai kurikulum adalah agar murid memiliki
pengetahuan tentang bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai alat komunikasi
, murid terampil menggunakan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan, dan
dapat menghargai terhadap kebudayaan dan tradisi nasional termasuk bahasa Indonesia.
Tujuan
tersebut merupakan tujuan umum yang digariskan departemen pendidikan dan
kebudayaan dalam rencana pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.
Tujuan
bahasa Indonesia tersebut di rumuskan dalam kurikulum bahasa Indonesia SD ,
yaitu dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) 1994 bahasa Indonesia
dalam bentuk tujuan kurikuler dan tujuan instruksional. Tujuan kurikuler adalah
tujuan pencapaian nya di bebankan kepada program pengajaran suatu bidang studi.
Tujuan instruksional dibebankan kepada suatu pengajaran dalam suatu bidang
pengajaran atau pokok bahasan.
Media
pengajaran membaca dan menulis permulaan
Media sebagai salah satu
komponen pengajaran harus digunakan dalam proses belajar mengajar dan tidak
boleh dilupakan jika hasil pengajaran yang dilaksanakan itu diharapkan dapat
memberi hasil yang sangat memuaskan. Hal ini karena penggunaan media dalam
pengajaran dapat menyalurkan pesan yang tepat dari suatu sumber (guru) kepada
penerima (murid).
Fungsi
dan peranan media dalam pengajaran sangat besar karena media pengajaran tidak
hanya sekedar membantu penyaluran pesan, tetapi dapat pula membantu hasil yang
sangat memuaskan. Hal ini kerana penggunaan media dalam pengajaran dapat
menyalurkan pesan tetapi juga membantu penyederhanaan proses pengajaran yang
ruwet ke proses komunikasi belajar yang cukup lancer.
Sehubungan
hal tersebut, hafni (1984) mengatakan : salah satu tujuan penggunaan media
adalah menyederhanakan pengajaran, salah satu media yang di gunakan menjadi
pengajaran yang lebih ruwet. Supaya kekeliruan yang tidak perlu dihindarkan ,
karakteristik media yang efektif perlu dikenali, relevan sesuai dengan tujuan,
dan pengalaman belajar, sederhana esencial dan menarik serta menghemat tenaga
dan waktu adalah beberapa cirri efektif.
Pendapat
diatas mempertegas pentingnya media dalam pengajaran. Penggunaan media dengan
baik . media tidak hanya berfungsi mempercepat penerimaan pesan , tetapi
berfungsi membantu kesalahpahaman murid dalam menerima pelajaran. Media juga
dapat membantu ingatan kerana murid diharapkan kepada atraksi langsung terhadap
wujud sebenarnya.
Penutup
a.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang saya
ambil dari jurnal acuan saya dilakukan pada kelas 1 SD di Aceh Besar proses
pelaksanaan membaca dan menulis permulaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pengajaran, media pengajaran dan evaluasi pengajaran. Dengan demikan hasil yang
di peroleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Usaha
guru dalam meningkatkan kegiatan membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD di
Aceh besar sudah baik, terutama didalam kegiatan membimbing murid membaca dan
menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat.
Daftar Pustaka
JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.6 NO.2, 2005: 61 – 118 PENINGKATAN KEMAMPUAN
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN MELALUI
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Jurnal Pendidikan. Pelaksanaan Pembelajaran
Membaca dan Menulis Permulaan Di kelas I SD Negeri 1 Jeumpet Aceh Besar
Jurnal Pendidikan PENGARUH METODE MULTISENSORI DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN.
saya mahasiswi dari Universitas Indraprasta PGRI, artikelnya bagus ijin buat referensi yah :)
BalasHapus