Minggu, 11 Maret 2012

jurnal tentang membuat puisi


Jurnal II dari 10 Jurnal Menulis Lanjut/2012

Strategi Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan VAK Realita Kehidupan

Azizah Nur Fitriana*

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan materi pembelajaran menulis puisi bebas yang cocok dan mudah ditiru berdasarkan gambar peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkan gambar peristiwa yang terdapat dalam surat kabar, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi dalam menulis puisi bebas, menumbuhkan sikap kritis terhadap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan menumbuhkan sikap berani mengeluarkan pernyataan terhadap persoalan yang terjadi. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kompetensi apresiasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran apresiasi puisi menggunakan pendekatan VAK (Visual-Auditori- Kinestetik). Data penelitian diperoleh melalui pengamatan, wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes, kemudian data dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan VAK cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran apresiasi puisi. Hal ini tampak dari peningkatan keaktifan dan peningkatan kompetensi siswa. Peningkatan keaktifan siswa siklus I, II dan III berangsur-angsur meningkat dari rata-rata 70.16%, meningkat 6.92% menjadi 77.08%, dan meningkat lagi 16.86% menjadi 87.45%. Peningkatan kompetensi kognetif dari kondisi awal rata-rata sebesar 65.83, pada siklus I meningkat 5.84 menjadi 71.67, pada siklus II meningkat 2.91 menjadi 74.58, dan pada siklus III meningkat sebesar 6.62 menjadi 78.33. Peningkatan kompetensi afektif terjadi dari nilai rata-rata 73.06 pada siklus I meningkat sebesar 1.93 menjadi 74.99 pada siklus II, dan meningkat lagi sebesar 4.33 menjadi 79.32 pada siklus III. Peningkatan ketuntasan belajar siklus I sebesar 41.67% meningkat 8.33% menjadi 50% pada siklus II, dan pada siklus III meningkat sebesar 41.67% menjadi 91.67%.

Kata Kunci : efektivitas, apresiasi puisi, pendekatan VAK, Puisi bebas, dan gambar peristiwa.
Pendahuluan
Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial, secara sendiri-sendiri, atau gabungan keseluruhan, seperti yang tercermin di dalam karya sastra (Depdiknas, 2006 :1). Pembelajaran apresiasi puisi bagi siswa merupakan materi yang sulit. Menulis puisi bebas terdapat dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP kelas VIII semester 2 dengan standar kompetensi (SK) 16, yaitu : Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas. Berdasarkan SK tersebut maka kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan materi pokok yang diajarkan oleh guru adalah seperti tertera pada tabel 1.

Tabel 1: Kompetensi Dasar dan Materi Pokok
Menulis Puisi Bebas

Kompetensi Dasar Materi

Pokok/Pembelajaran

16.1 Menulis puisi
bebas dengan
menggunakan pilihan
kata yang sesuai

Penulisan puisi
bebas dengan pilihan
kata yang sesuai

(Kurukulum Satuan Pendidikan Tingkat SMP
Bahasa Indonesia, Tahun 2006)

Yang menjadi masalah di lapangan pembelajaran menulis puisi sulit dilaksanakan oleh guru, ini karena kemampuan guru yang belum memadai dalam hal pengetahuan maupun cara mengajarkannya. Selain factor guru, kemampuan dan minat siswa pun menjadi penghambat dalam pembelajaran ini. Faktor minat siswa juga dapat menjadi pemicu terhambatnya pembelajaran menulis puisi. Kurangnya minat dan kemampuan siswa tersebut tidak terlepas dari faktor pemilihan model pembelajaran yang cocok serta  mudah untuk ditiru siswa.
Meski dalam pembelajaran sastra siswa telah mempelajari puisi yang rumit baik rima, irama, serta unsur kebahasaannya, untuk pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkan gambar peristiwa yang terdapat dalam surat kabar siswa belum perlu menuliskan puisi yang rumit. Menurut Rahmanto, (1988:116), puisi yang cocok sebagai model untuk latihan menulis, biasanya puisi yang berbentuk bebas dan sederhana, berisi hasil pengamatan yang berupa imbauan atau pernyataan.
Berdasarkan hal di atas, penulis beranggapan agar siswa mampu menulis puisi bebas dengan mudah maka diperlukan model pembelajaran yang cocok serta mudah untuk ditiru.
Melalui gambar-gambar, tersebut siswa dapat mengamati peristiwa apa yang terjadi, di mana peristiwa tersebut terjadi, kapan terjadinya, siapa yang menjadi korban, siapa yang terlibat, dan siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Selain itu, siswa dapat merenungkan mengapa peristiwa itu dapat terjadi serta siswa dapat memberikan imbauan atau pernyataan atas peristiwa tersebut. Hal ini sesuai dengan model latihan menulis yang dikatakan (Rahmanto, 1988).
Kesulitan siswa yang berdampak pada rendahnya kompetensi mengapresiasi puisi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah guru. Dari hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, ada tiga faktor utama yang menyebabkankompetensi siswa rendah. Faktor yang dimaksud adalah cara guru menyampaikan pelajaran kurang menarik, guru jarang menggunakan media, dan penilaian yang dilakukan guru banyak berupa teori.
Untuk mememperbaiki proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi di kelas maka dilakukan upaya dengan menerapkan model pembelajaran apresiasi puisi melalui pendekatan VAK (Visual-Auditori-Kinestetik). Pendekatan ini berpijak pada teori modalitas belajar yang dipelopori oleh Bobbi DePorter (2005a: 111). Modalitas berkaitan dengan bagaimana orang menyerap informasi dengan mudah. Modalitas belajar yang disarankan adalah Visual (V), Auditori (A), Kinestetik (K). Bradway (2003: 3-4) menyebut visual-auditori kinestetik dengan istilah pengamat-pendengar-penggerak. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri.
Pengamat adalah pelajar visual yang bersandar pada indra penglihatan ketika menyerap informasi. Pendengar adalah pelajar uditori, dengan lebih mengutamakan suara dan kata atas informasi yang diberikan dibandingkan dengan pandangan maupun sentuhan. Penggerak adalah pelajar kinestetik yang lebih mengutamakan tangan dalam belajar, baik dengan menyentuh atau bergerak.
Efektivitas pendekatan VAK telah dibuktikan keberhasilannya oleh Michael Grinder (via DePorter, 2005b: 112) dengan menerapkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari 30 siswa, sekitar 22 (73,33 %) orang mampu belajar secara cukup efektif dengan cara visual, auditori dan kinestetik. Enam orang (20%) memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas lainnya. Dua orang (6,67%) lainnya mengalami kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.
Selama ini penelitian tentang pembelajaran apresiasi puisi juga telah banyak dilakukan para peneliti. Hesti Mustik Ati (2000) dan Yayah Churiyah (2008) misalnya, meneliti pengajaran apresiasi puisi dengan membagi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Ati (2005) pengunaan teknik membaca pemahaman (MPAPTMP) cukup efektif dalam pengajaran apresiasi puisi dan hasil belajar apresiasi puisi dengan mengunakan MPAPTMP kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol.
Menurut Churiyah (2008) pengajaran apresiasi puisi dengan kajian semiotik melalui pendekatan keterampilan proses pada kelas kontrol hasil pretes dan postes tidak menunjukkan perbedaan antara kemampuan siswa sebelum dan setelah mengikuti proses belajar mengajar. Rata-rata kemampuan awalnya 12,58 dan kemampuan akhirnya 12,63. Adapun pada kelas eksperimen ada perbedaan kemampuan mereka antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Rata-rata kemampuan awal 12,35 dan kemampuan akhir 15,70.
Relevansi penelitian ini dengan tiga penelitian yang ditemukan sebelumnya, kesemuanya mengkaji pengajaran apresiasi puisi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan perbedaan yang mendasar terletak pada pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan pembelajaran apresiasi puisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan VAK (Visual Auditori Kinestetik).



Metode

         Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini meliputi, observasi, wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes. Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2008: 144). Observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran nyata kondisi pembelajaran apresiasi puisi di kelas serta keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Wawancara dilakukan terhadap siswa dan kolaborator. Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk menggali informasi dampak dari tindakan yang telah dilakukan guru dan untuk menggali pada kompetensi mana siswa masih mengalami kesulitan. Wawancara dengan kolaborator dimaksudkan untuk memperoleh masukan tentang pelaksanaan penerapan pendekatan VAK, mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang timbul, dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
          Kajian dokumen dilakukan peneliti bersama kolaborator terhadap Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru, nilai yang telah diberikanoleh guru serta dokumen hasil pekerjaan siswa. Kajian dokumen berupa kurikulum, RPP dimaksudkan untuk menggali bagaimana perencanaan guru sebelum melakukan tindakan.Kajian terhadap daftar nilai dimaksudkan untuk memperoleh data kompetensi siswa, dan kajian terhadap hasil hasil kerja siswa dilakukan untuk memperoleh data tentang kompetensi siswa sebelum dan setelah menerima tindakan. Kuesioner diberikan untuk menggali faktor-faktor penyebab mengapa kompetensi apresiasi siswa rendah, menggali tanggapan siswa tentang pembelajaran yang telah diikutinya. Teknik tes digunakan untuk mengetahui kompetensi awal siswa sebelum diberi tindakan dan tes akhir setiap siklus digunakan untuk mengetahui kompetensi siswa sesudah diberi tindakan.
Teknik pemeriksaan validitas yang digunakan trianggulasi data. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008: 273). Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Trianggulasi sumber data dilakukan dengan mengecek data dari berbagai sumber, sedangkan trianggulasi metode adalah trianggulasi yang dilakukan dengan mengecek data melalui berbagai metode. Untuk megecek validitas data tentang kompetensi apresiasi puisi dan keaktifan siswa dilakukan melalui teknik tes maupun tenik nontes ( observasi, angket dan wawancara). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif. Teknik deskriptif komparatif menurut Suwandi (2008: 70) digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Pratindakan
Kegiatan pratindakan dilaksanakan peneliti untuk mengetahui kondisi nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Kegiatan pratindakan ini dilakukan dengan cara pengamatan, mengkaji dokumen nilai, pretes, wawancara dan pemberian angket kepada siswa. Hasil kegiatan pratindakan selanjutnya didiskusikan dengan guru serumpun dan kepala sekolah. Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran apresiasi puisi, kajian dokumen nilai ulangan akhir semester I Tahun Pelajaran 2009/2010, wawancara dan pemberian angket dan preetes terhadap siswa kelas VII D dapat diperoleh informasi sebagai berikut.

Siswa Kurang Aktif dalam Mengikuti Pelajaran Apresiasi Puisi.
Hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas VIID SMP Negeri 5 Cilacap menunjukkan siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran apresiasi sastra terutama materi apresiasi puisi. Hal ini tampak ketika kegiatan belajar-mengajar apresiasi puisi sedang berlangsung, siswa menunjukkan sikap yang kurang antusias, kurang menghargai terhadap pembacaan puisi.
Beberapa siswa sering berbicara sendiri dengan teman sebangku atau mengerjakan pekerjan pelajaran lain. Ketika siswa diberi pertanyaan tentang materi yang sedang dijelaskan tidak ada satu pun siswa yang berani menjawab. Ketika diberi kesempatan untuk memperagakan pembacaan puisi di depan kelas tidak ada satupun siswa yang berani tampil ke depan kelas.

Kompetensi Apresiasi Puisi Rendah.
Kajian dokumen nilai ulangan akhir semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 menunjukan ketuntasan belajar hanya mencapai 16.67% dengan distribusi nilai: siswa yang memperoleh nilai 75 atau lebih hanya 4 (16.67%). Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 75 sebanyak 20 siswa (83.33%). Dari hasil angket diperoleh informasi bahwa pembelajaran tentang puisi dianggap oleh siswa pembelajaran yang sukar. Sebanyak 15 siswa (62.5%) menyatakan pembelajaran apresiasi puisi itu sukar, 9 siswa (37.5%) menyatakan pembelajaran apresiasi puisi itu tidak sulit/sedang , dan tidak ada siswa (0 % ) yang menyatakan mudah. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas VIID diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran apresiasi puisi siswa mengalami kesulitan menemukan makna
yang ada di dalam puisi.

2. Siklus I
Perencanaan berdasarakan kegiatan pratindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator merencanakan: tujuan pembelajaran apresiasi puisi, menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan instrumen lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi keaktifan guru, dan menyiapkan alat evaluasi.
Pokok-pokok kegiatan pada pertemuan pertama: (1) menayangkan format ciri-ciri pantun; (2) menayangkan visual teks puisi “Dari Seorang Guru kepada Murid-muridnyan (DSGKMm)” Cipt. Hartoyo Andangdjaya menggunakan LCD proyektor: (3) memberikan ilustrasi dengan mengibaratkan puisi itu sebagai sebuah bangunan rumah; (4) meminta mengamati teks puisi tersebut; (5) menjelaskan cara pengisian kolom dan meminta siswa berdiskusi memberi tanggapan secara berpasangan; (6) meminta siswa mengapresiasi secara auditori melalui menyimak rekaman pembacaan puisi, menuliskan tanggapan tentang unsurunsur puisi apa saja yang dapat ditemukan; (7) memberikan bimbingan terhadap kelompok yang mengalami kesulitan serta mengumpulkan lembar rubrik apresiasi bagi yang sudah selesai diisi siswa; (8) memeriksa sepintas dan menunjuk siswa untuk memperesentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara bergilir. Siswa yang lain memberikan tanggapan; (9) memberi penguatan tentang unsur puisi yang ditemukan siswa; (10) menjelaskan materi struktur fisik unsur kata: tipografi, diksi, imaji, kata kongkret, bahasa figuratif dan versifikasi (rima dan ritma); (11) menjelaskan struktur batin melalui kegiatan mendengarkan/ menyimak pembacaan puisi; (12) memperdengarkan rekaman pembacaan puisi “DSGKMm “ karya Hartoyo  Andangdjaya. Siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun puisi melalui kegiatan mendengar bacaan teks puisi; dan (13) menjelaskan pelafalan, volume, intonasi, dan ekspresi.
Pokok kegiatan 1 sampai 4 merupakan penerapan pendekatan visual, 6 dan 12 merupakan penerapan pendekatan auditori, dan pokok kegiatan nomor 5 merupakan penerapan pendekatan kinestetik.

Hasil pengamatan
Guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan, yakni melalui langkah apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Selama proses belajar berlangsung guru cukup menguasai bahan pelajaran. Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia yang cukup lancar. Instruksi yang diberikan guru cukup jelas. Pembelajaran pada siklus I dilakukan melalui kegiatan menyimak dan menanggapi rekaman pembacaan teks puisi. Proses pembelajaran yang dilakukan guru belum sesuai dengan RPP.
Evaluasi dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan, diskusi dengan kolaborator, catatan lapangan, wawancara dengan siswa dan analisis hasil yang diperoleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar siklus I didapati beberapa kekurangan dalam melaksanakan tindakan. Kekurangan dari guru selaku pemberi tindakan antara lain: kurang bervariasi dalam menggunakan teknik bertanya, kurang intens membangkitkan keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan, perhatian kurang menyeluruh, kurang memperhatikan pengaturan posisi tempat duduk siswa ketika berdiskusi. Kurang jelas dalam memberikan contoh ulasan pada setiap aspek puisi yang diapresiasi, media teks puisi yang digunakan untuk diapresiasi disarankan tidak hanya satu judul saja.
Hasil yang telah dicapai pada siklus I. (1) Rata-rata keaktifan siswa sebesar 70.16% (dari perilaku verbal sebesar 16.92% dan perilaku nonverbal sebesar 53.24%); (2) Nilai ratarata kompetensi kognetif 71,67; (3) Nilai rata-rata kompetensi afektif 72.99; (4) Ketuntasan klasikal baru mencapai 41,67%.


KESIMPULAN

Pendekatan VAK cukup efektif digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi apresiasi puisi siswa. Efektivitas pembelajaran apresiasi puisi menggunakan pendekatan VAK ini ditandai dengan terjadinya peningkatan proses maupun peningkatan hasil seperti : Peningkatan Keaktifan Siswa. Setelah pembelajaran apresiasi puisi dilaksanakan dengan pendekatan VAK, terjadi peningkatan keaktifan siswa yang cukup signifikan.
Pada siklus I rata-rata keaktifan siswa 70.16%, meningkat menjadi 77.08% pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 93.94% pada siklus III. Besarnya peningkatan keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 6.92%. Dari siklus II ke siklus III peningkatan keaktifan sebesar 17.77%, dan dari siklus I ke siklus III peningkatan keaktifan siswa sebesar 23,78% . 2. Peningkatan Kompetensi Apresiasi Puisi.
 Peningkatan kompetensi kognetif pada kondisi awal rata-rata kompetensi kognetif siswa dalam mengapresiasi puisi sebesar 65.83. Pada siklus I meningkat menjadi 71.67, pada siklus II meningkat menjadi 74.58, dan pada siklusIII meningkat menjadi 78.33. Peningkatan nilai rata-rata kompetensi kognetif dari kondisi awal ke siklus I sebesar 5.84, dari siklus I ke siklus II peningkatan sebesar 2.91, dari siklus II ke siklus III peningkatan sebesar 3.75. Apabila diperbandingkan antara kondisi awal ke siklus II terjadi peningkatan 8.75, kondisi awal ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 12.5.
 Peningkatan kompetensi afektif. Pada pratindakan nilai rata-rata 68.75, pada siklus I meningkat menjadi 72.99, pada siklus II meningkat menjadi 75.92, dan pada siklus III meningkat menjadi 79.79. Besarnya peningkatan kompetensi afektif dari pratindakan ke siklus I sebesar 6.39, dari siklus I ke Siklus II meningkat 1.93, dan dari dari siklus II ke Siklus III meningkat sebesar 4.33, dan dari siklus I ke siklus III peningkatan sebesar 6.26.
Peningkatan ketuntasan belajar. Pada kondisi pratindakan, ketuntasan belajar baru mencapai 16.67%, pada siklus I meningkat menjadi 41.67%, pada siklus II meningkat menjadi 50%, dan pada siklus III meningkat menjadi 91.67%. Besarnya peningkatan ketuntasan belajar dari pratindakan ke siklus I sebesar 25%, dari siklus I ke Siklus II.meningkat sebesar 8.33%, dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar4.67%.
Kesimpulan tulisan ini adalah bahwa pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkangambar berbagai peristiwa ini sangat tepat dilaksanakan karena dapat menarik minat siswa dalam menulis puisi bebas. Pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya Materi ajar yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan siswa.Kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sehingga siswa dapat menemukan jawaban sendiri (inkuiri) terhadap gambar peristiwa yang akan diubah menjadi puisi.Sangat efektif untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi siswa .Sangat efektif untuk menumbuhkan sikap kritis terhadap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,menumbuhkan sikap berani mengeluarkan pernyataan terhadap persoalan yang terjadi. Sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas.

Daftar Pustaka
Aritonang, Keke T. 2009. “Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Berdasarkan Gambar Berbagai Peristiwa yang Terdapat Dalam Surat Kabar”. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 8, No. 12 Juni.
Prasetyo, Budi.2007. “Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus”. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 2, No. 2, Maret.
Saefi, Mahmud. 2010. “Efektivitas Pembelajaran Apresiasi Puisi Melalui Pendekatan VAK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Cilacap”. Dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 11, No. 1 Februari.
*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNIMED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar