Jurnal II dari 10 Jurnal Menulis Lanjut/2012
Strategi Peningkatan
Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan VAK Realita Kehidupan
Azizah
Nur Fitriana*
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan
materi pembelajaran menulis puisi bebas yang cocok dan mudah ditiru berdasarkan
gambar peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil kegiatan
pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkan gambar peristiwa yang terdapat
dalam surat kabar, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan imajinasi dalam menulis
puisi bebas, menumbuhkan sikap kritis terhadap permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan menumbuhkan sikap berani mengeluarkan pernyataan terhadap
persoalan yang terjadi. Penelitian
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi apresiasi dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran apresiasi puisi menggunakan pendekatan VAK (Visual-Auditori-
Kinestetik). Data penelitian diperoleh melalui pengamatan, wawancara, kajian
dokumen, angket, dan tes,
kemudian data dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif dan analisis
kritis. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan VAK cukup efektif
diterapkan dalam pembelajaran apresiasi puisi. Hal ini tampak dari peningkatan
keaktifan dan peningkatan kompetensi siswa. Peningkatan keaktifan siswa siklus
I, II dan III berangsur-angsur meningkat dari rata-rata 70.16%, meningkat 6.92%
menjadi 77.08%, dan meningkat lagi 16.86% menjadi 87.45%. Peningkatan
kompetensi kognetif dari kondisi awal rata-rata sebesar 65.83, pada siklus I
meningkat 5.84 menjadi 71.67, pada siklus II meningkat 2.91 menjadi 74.58, dan
pada siklus III meningkat sebesar 6.62 menjadi 78.33. Peningkatan kompetensi
afektif terjadi dari nilai rata-rata 73.06 pada siklus I meningkat sebesar 1.93
menjadi 74.99 pada siklus II, dan meningkat lagi sebesar 4.33 menjadi 79.32
pada siklus III. Peningkatan ketuntasan belajar siklus I sebesar 41.67%
meningkat 8.33% menjadi 50% pada siklus II, dan pada siklus III meningkat
sebesar 41.67% menjadi 91.67%.
Kata
Kunci : efektivitas,
apresiasi puisi, pendekatan
VAK, Puisi bebas, dan gambar peristiwa.
Pendahuluan
Pembelajaran
apresiasi sastra Indonesia bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap
nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai
sosial, secara sendiri-sendiri, atau gabungan keseluruhan, seperti yang
tercermin di dalam karya sastra (Depdiknas, 2006 :1). Pembelajaran apresiasi
puisi bagi siswa merupakan materi yang sulit. Menulis puisi bebas terdapat
dalam silabus mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP kelas VIII semester 2
dengan standar kompetensi (SK) 16, yaitu : Mengungkapkan pikiran dan perasaan
dalam puisi bebas. Berdasarkan SK tersebut maka kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa dan materi pokok yang diajarkan oleh guru adalah seperti tertera pada
tabel 1.
Tabel 1: Kompetensi Dasar dan Materi Pokok
Menulis Puisi Bebas
Kompetensi Dasar Materi
|
Pokok/Pembelajaran
|
16.1 Menulis puisi
bebas dengan
menggunakan pilihan
kata yang sesuai
|
Penulisan puisi
bebas dengan pilihan
kata yang sesuai
|
(Kurukulum Satuan Pendidikan Tingkat SMP
Bahasa Indonesia, Tahun 2006)
Yang
menjadi masalah di lapangan pembelajaran menulis puisi sulit dilaksanakan oleh
guru, ini karena kemampuan guru yang belum memadai dalam hal pengetahuan maupun
cara mengajarkannya. Selain factor guru, kemampuan dan minat siswa pun menjadi penghambat
dalam pembelajaran ini. Faktor minat siswa juga dapat menjadi pemicu terhambatnya
pembelajaran menulis puisi. Kurangnya minat dan kemampuan siswa tersebut tidak
terlepas dari faktor pemilihan model pembelajaran yang cocok serta mudah untuk ditiru siswa.
Meski dalam
pembelajaran sastra siswa telah mempelajari puisi yang rumit baik rima, irama,
serta unsur kebahasaannya, untuk pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkan gambar
peristiwa yang terdapat dalam surat kabar siswa belum perlu menuliskan puisi
yang rumit. Menurut Rahmanto, (1988:116), puisi yang cocok sebagai model untuk
latihan menulis, biasanya puisi yang berbentuk bebas dan sederhana, berisi
hasil pengamatan yang berupa imbauan atau pernyataan.
Berdasarkan
hal di atas, penulis beranggapan agar siswa mampu menulis puisi bebas dengan
mudah maka diperlukan model pembelajaran yang cocok serta mudah untuk ditiru.
Melalui
gambar-gambar, tersebut siswa dapat mengamati peristiwa apa yang terjadi, di mana
peristiwa tersebut terjadi, kapan terjadinya, siapa yang menjadi korban, siapa yang
terlibat, dan siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Selain itu,
siswa dapat merenungkan mengapa peristiwa itu dapat terjadi serta siswa dapat
memberikan imbauan atau pernyataan atas peristiwa tersebut. Hal ini sesuai dengan
model latihan menulis yang dikatakan (Rahmanto, 1988).
Kesulitan
siswa yang berdampak pada rendahnya kompetensi mengapresiasi puisi disebabkan
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah guru. Dari hasil angket tanggapan
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, ada tiga faktor utama yang
menyebabkankompetensi siswa rendah. Faktor yang dimaksud adalah cara guru
menyampaikan pelajaran kurang menarik, guru jarang menggunakan media, dan
penilaian yang dilakukan guru banyak berupa teori.
Untuk
mememperbaiki proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi di kelas maka
dilakukan upaya dengan menerapkan model pembelajaran apresiasi puisi melalui
pendekatan VAK (Visual-Auditori-Kinestetik). Pendekatan ini berpijak
pada teori modalitas belajar yang dipelopori oleh Bobbi DePorter (2005a: 111).
Modalitas berkaitan dengan bagaimana orang menyerap informasi dengan mudah.
Modalitas belajar yang disarankan adalah Visual (V), Auditori (A),
Kinestetik (K). Bradway (2003: 3-4) menyebut visual-auditori
kinestetik dengan istilah pengamat-pendengar-penggerak. Masing-masing
memiliki karakteristik sendiri.
Pengamat
adalah pelajar visual yang bersandar pada indra penglihatan ketika menyerap
informasi. Pendengar adalah pelajar uditori, dengan lebih mengutamakan suara
dan kata atas informasi yang diberikan dibandingkan dengan pandangan maupun
sentuhan. Penggerak adalah pelajar kinestetik yang lebih mengutamakan tangan
dalam belajar, baik dengan menyentuh atau bergerak.
Efektivitas
pendekatan VAK telah dibuktikan keberhasilannya oleh Michael Grinder (via
DePorter, 2005b: 112) dengan menerapkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada
banyak instruktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam setiap kelompok
yang terdiri dari 30 siswa, sekitar 22 (73,33 %) orang mampu belajar secara
cukup efektif dengan cara visual, auditori dan kinestetik. Enam orang (20%)
memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi dua modalitas
lainnya. Dua orang (6,67%) lainnya mengalami kesulitan belajar karena
sebab-sebab eksternal.
Selama
ini penelitian tentang pembelajaran apresiasi puisi juga telah banyak dilakukan
para peneliti. Hesti Mustik Ati (2000) dan Yayah Churiyah (2008) misalnya,
meneliti pengajaran apresiasi puisi dengan membagi kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Menurut Ati (2005) pengunaan teknik membaca pemahaman (MPAPTMP) cukup
efektif dalam pengajaran apresiasi puisi dan hasil belajar apresiasi puisi
dengan mengunakan MPAPTMP kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
hasil belajar kelompok kontrol.
Menurut
Churiyah (2008) pengajaran apresiasi puisi dengan kajian semiotik melalui
pendekatan keterampilan proses pada kelas kontrol hasil pretes dan postes tidak
menunjukkan perbedaan antara kemampuan siswa sebelum dan setelah mengikuti
proses belajar mengajar. Rata-rata kemampuan awalnya 12,58 dan kemampuan
akhirnya 12,63. Adapun pada kelas eksperimen ada perbedaan kemampuan mereka
antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Rata-rata kemampuan awal 12,35 dan
kemampuan akhir 15,70.
Relevansi
penelitian ini dengan tiga penelitian yang ditemukan sebelumnya, kesemuanya
mengkaji pengajaran apresiasi puisi. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas, sedangkan perbedaan yang mendasar terletak pada
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan pembelajaran apresiasi puisi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan VAK (Visual Auditori
Kinestetik).
Metode
Teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini meliputi, observasi,
wawancara, kajian dokumen, angket, dan tes. Observasi merupakan proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis (Sugiyono, 2008: 144). Observasi ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran nyata kondisi pembelajaran apresiasi puisi di kelas serta keaktifan
siswa selama pembelajaran berlangsung. Wawancara dilakukan terhadap siswa dan
kolaborator. Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk menggali informasi dampak
dari tindakan yang telah dilakukan guru dan untuk menggali pada kompetensi mana
siswa masih mengalami kesulitan. Wawancara dengan kolaborator dimaksudkan untuk
memperoleh masukan tentang pelaksanaan penerapan pendekatan VAK, mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang timbul, dan merencanakan tindakan yang akan
dilakukan.
Kajian dokumen dilakukan peneliti bersama
kolaborator terhadap Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dibuat oleh guru, nilai yang telah diberikanoleh guru serta dokumen hasil
pekerjaan siswa. Kajian dokumen berupa kurikulum, RPP dimaksudkan untuk
menggali bagaimana perencanaan guru sebelum melakukan tindakan.Kajian terhadap
daftar nilai dimaksudkan untuk memperoleh data kompetensi siswa, dan kajian
terhadap hasil hasil kerja siswa dilakukan untuk memperoleh data tentang
kompetensi siswa sebelum dan setelah menerima tindakan. Kuesioner diberikan
untuk menggali faktor-faktor penyebab mengapa kompetensi apresiasi siswa
rendah, menggali tanggapan siswa tentang pembelajaran yang telah diikutinya.
Teknik tes digunakan untuk mengetahui kompetensi awal siswa sebelum diberi
tindakan dan tes akhir setiap siklus digunakan untuk mengetahui kompetensi
siswa sesudah diberi tindakan.
Teknik
pemeriksaan validitas yang digunakan trianggulasi data. Triangulasi adalah pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008:
273). Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber data dan triangulasi metode. Trianggulasi sumber data dilakukan dengan
mengecek data dari berbagai sumber, sedangkan trianggulasi metode adalah
trianggulasi yang dilakukan dengan mengecek data melalui berbagai metode. Untuk
megecek validitas data tentang kompetensi apresiasi puisi dan keaktifan siswa
dilakukan melalui teknik tes maupun tenik nontes ( observasi, angket dan
wawancara). Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
komparatif. Teknik deskriptif komparatif menurut Suwandi (2008: 70) digunakan
untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antar siklus.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Pratindakan
Kegiatan
pratindakan dilaksanakan peneliti untuk mengetahui kondisi nyata yang ada di
lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Kegiatan pratindakan ini
dilakukan dengan cara pengamatan, mengkaji dokumen nilai, pretes, wawancara dan
pemberian angket kepada siswa. Hasil kegiatan pratindakan selanjutnya
didiskusikan dengan guru serumpun dan kepala sekolah. Dari pengamatan terhadap
proses pembelajaran apresiasi puisi, kajian dokumen nilai ulangan akhir
semester I Tahun Pelajaran 2009/2010, wawancara dan pemberian angket dan
preetes terhadap siswa kelas VII D dapat diperoleh informasi sebagai berikut.
Siswa
Kurang Aktif dalam Mengikuti Pelajaran Apresiasi Puisi.
Hasil
pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas VIID SMP Negeri
5 Cilacap menunjukkan siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran apresiasi
sastra terutama materi apresiasi puisi. Hal ini tampak ketika kegiatan
belajar-mengajar apresiasi puisi sedang berlangsung, siswa menunjukkan sikap
yang kurang antusias, kurang menghargai terhadap pembacaan puisi.
Beberapa
siswa sering berbicara sendiri dengan teman sebangku atau mengerjakan pekerjan
pelajaran lain. Ketika siswa diberi pertanyaan tentang materi yang sedang
dijelaskan tidak ada satu pun siswa yang berani menjawab. Ketika diberi
kesempatan untuk memperagakan pembacaan puisi di depan kelas tidak ada satupun
siswa yang berani tampil ke depan kelas.
Kompetensi
Apresiasi Puisi Rendah.
Kajian
dokumen nilai ulangan akhir semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 menunjukan
ketuntasan belajar hanya mencapai 16.67% dengan distribusi nilai: siswa yang
memperoleh nilai 75 atau lebih hanya 4 (16.67%). Siswa yang memperoleh nilai
kurang dari 75 sebanyak 20 siswa (83.33%). Dari hasil angket diperoleh
informasi bahwa pembelajaran tentang puisi dianggap oleh siswa pembelajaran
yang sukar. Sebanyak 15 siswa (62.5%) menyatakan pembelajaran apresiasi puisi
itu sukar, 9 siswa (37.5%) menyatakan pembelajaran apresiasi puisi itu tidak
sulit/sedang , dan tidak ada siswa (0 % ) yang menyatakan mudah. Dari hasil
wawancara dengan siswa kelas VIID diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran
apresiasi puisi siswa mengalami kesulitan menemukan makna
yang ada
di dalam puisi.
2. Siklus I
Perencanaan
berdasarakan kegiatan pratindakan. Peneliti bersama-sama kolaborator merencanakan:
tujuan pembelajaran apresiasi puisi, menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan
instrumen lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi keaktifan guru, dan
menyiapkan alat evaluasi.
Pokok-pokok kegiatan
pada pertemuan pertama: (1) menayangkan format ciri-ciri pantun; (2)
menayangkan visual teks puisi “Dari Seorang Guru kepada Murid-muridnyan (DSGKMm)”
Cipt. Hartoyo Andangdjaya menggunakan LCD proyektor: (3) memberikan ilustrasi
dengan mengibaratkan puisi itu sebagai sebuah bangunan rumah; (4) meminta
mengamati teks puisi tersebut; (5) menjelaskan cara pengisian kolom dan meminta
siswa berdiskusi memberi tanggapan secara berpasangan; (6) meminta siswa
mengapresiasi secara auditori melalui menyimak rekaman pembacaan puisi,
menuliskan tanggapan tentang unsurunsur puisi apa saja yang dapat ditemukan;
(7) memberikan bimbingan terhadap kelompok yang mengalami kesulitan serta
mengumpulkan lembar rubrik apresiasi bagi yang sudah selesai diisi siswa; (8)
memeriksa sepintas dan menunjuk siswa untuk memperesentasikan hasil diskusinya
di depan kelas secara bergilir. Siswa yang lain memberikan tanggapan; (9)
memberi penguatan tentang unsur puisi yang ditemukan siswa; (10) menjelaskan
materi struktur fisik unsur kata: tipografi, diksi, imaji, kata kongkret,
bahasa figuratif dan versifikasi (rima dan ritma); (11) menjelaskan struktur
batin melalui kegiatan mendengarkan/ menyimak pembacaan puisi; (12)
memperdengarkan rekaman pembacaan puisi “DSGKMm “ karya Hartoyo Andangdjaya. Siswa berdiskusi menentukan
unsur pembangun puisi melalui kegiatan mendengar bacaan teks puisi; dan (13)
menjelaskan pelafalan, volume, intonasi, dan ekspresi.
Pokok kegiatan 1 sampai 4
merupakan penerapan pendekatan visual, 6 dan 12 merupakan penerapan pendekatan
auditori, dan pokok kegiatan nomor 5 merupakan penerapan pendekatan kinestetik.
Hasil pengamatan
Guru
telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah
ditetapkan, yakni melalui langkah apersepsi, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Selama proses belajar berlangsung guru cukup menguasai bahan
pelajaran. Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia yang cukup lancar. Instruksi
yang diberikan guru cukup jelas. Pembelajaran pada siklus I dilakukan melalui
kegiatan menyimak dan menanggapi rekaman pembacaan teks puisi. Proses
pembelajaran yang dilakukan guru belum sesuai dengan RPP.
Evaluasi
dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan, diskusi dengan kolaborator,
catatan lapangan, wawancara dengan siswa dan analisis hasil yang diperoleh
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar siklus I didapati beberapa
kekurangan dalam melaksanakan tindakan. Kekurangan dari guru selaku pemberi
tindakan antara lain: kurang bervariasi dalam menggunakan teknik bertanya,
kurang intens membangkitkan keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan,
perhatian kurang menyeluruh, kurang memperhatikan pengaturan posisi tempat
duduk siswa ketika berdiskusi. Kurang jelas dalam memberikan contoh ulasan pada
setiap aspek puisi yang diapresiasi, media teks puisi yang digunakan untuk
diapresiasi disarankan tidak hanya satu judul saja.
Hasil yang telah dicapai
pada siklus I. (1) Rata-rata keaktifan siswa sebesar 70.16% (dari perilaku
verbal sebesar 16.92% dan perilaku nonverbal sebesar 53.24%); (2) Nilai
ratarata kompetensi kognetif 71,67; (3) Nilai rata-rata kompetensi afektif
72.99; (4) Ketuntasan klasikal baru mencapai 41,67%.
KESIMPULAN
Pendekatan VAK cukup efektif
digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi apresiasi puisi siswa.
Efektivitas pembelajaran apresiasi puisi menggunakan pendekatan VAK ini
ditandai dengan terjadinya peningkatan proses maupun peningkatan hasil seperti
: Peningkatan Keaktifan Siswa. Setelah pembelajaran apresiasi puisi
dilaksanakan dengan pendekatan VAK, terjadi peningkatan keaktifan siswa yang
cukup signifikan.
Pada siklus I rata-rata
keaktifan siswa 70.16%, meningkat menjadi 77.08% pada siklus II dan meningkat lagi
menjadi 93.94% pada siklus III. Besarnya peningkatan keaktifan siswa dari
siklus I ke siklus II sebesar 6.92%. Dari siklus II ke siklus III peningkatan
keaktifan sebesar 17.77%, dan dari siklus I ke siklus III peningkatan keaktifan
siswa sebesar 23,78% . 2. Peningkatan Kompetensi Apresiasi Puisi.
Peningkatan kompetensi kognetif pada
kondisi awal rata-rata kompetensi kognetif siswa dalam mengapresiasi puisi
sebesar 65.83. Pada siklus I meningkat menjadi 71.67, pada siklus II meningkat
menjadi 74.58, dan pada siklusIII meningkat menjadi 78.33. Peningkatan nilai
rata-rata kompetensi kognetif dari kondisi awal ke siklus I sebesar 5.84, dari
siklus I ke siklus II peningkatan sebesar 2.91, dari siklus II ke siklus III
peningkatan sebesar 3.75. Apabila diperbandingkan antara kondisi awal ke siklus
II terjadi peningkatan 8.75, kondisi awal ke siklus III terjadi peningkatan
sebesar 12.5.
Peningkatan kompetensi afektif. Pada
pratindakan nilai rata-rata 68.75, pada siklus I meningkat menjadi 72.99, pada
siklus II meningkat menjadi 75.92, dan pada siklus III meningkat menjadi 79.79.
Besarnya peningkatan kompetensi afektif dari pratindakan ke siklus I sebesar
6.39, dari siklus I ke Siklus II meningkat 1.93, dan dari dari siklus II ke Siklus
III meningkat sebesar 4.33, dan dari siklus I ke siklus III peningkatan sebesar
6.26.
Peningkatan ketuntasan
belajar. Pada kondisi pratindakan, ketuntasan belajar baru mencapai 16.67%,
pada siklus I meningkat menjadi 41.67%, pada siklus II meningkat menjadi 50%,
dan pada siklus III meningkat menjadi 91.67%. Besarnya peningkatan ketuntasan
belajar dari pratindakan ke siklus I sebesar 25%, dari siklus I ke Siklus II.meningkat
sebesar 8.33%, dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar4.67%.
Kesimpulan tulisan ini adalah
bahwa pembelajaran menulis puisi bebas berdasarkangambar berbagai peristiwa ini
sangat tepat dilaksanakan karena dapat menarik minat siswa dalam menulis puisi
bebas. Pembelajaran ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya Materi ajar
yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan siswa.Kegiatan
pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa sehingga siswa dapat menemukan
jawaban sendiri (inkuiri) terhadap gambar peristiwa yang akan diubah menjadi puisi.Sangat
efektif untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi siswa .Sangat efektif
untuk menumbuhkan sikap kritis terhadap permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari,menumbuhkan sikap berani mengeluarkan pernyataan terhadap
persoalan yang terjadi. Sangat efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam menulis puisi bebas.
Daftar Pustaka
Aritonang,
Keke T. 2009. “Pembelajaran Menulis Puisi
Bebas Berdasarkan Gambar Berbagai Peristiwa yang Terdapat Dalam Surat Kabar”.
Dalam Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 8, No. 12 Juni.
Prasetyo,
Budi.2007. “Peningkatan Pembelajaran
Menulis Puisi Dengan Strategi Pikir Plus”. Dalam Jurnal Pendidikan
Inovatif, Vol. 2, No. 2, Maret.
Saefi, Mahmud.
2010. “Efektivitas Pembelajaran Apresiasi
Puisi Melalui Pendekatan VAK Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Cilacap”.
Dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 11, No. 1 Februari.
*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia UNIMED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar